Banyuwangi – Salahsatu wali murid SMAN di Kabupaten Banyuwangi, Army ingin melaporkan keluhan terkait dengan penyelenggaraan Study Tour/Study Observasi ke beberapa Kampus dan destinasi wisata.
Army mengeluhkan dimana penyelenggara tersebut terkesan memaksa para siswa, karena apabila ada siswa yang tidak ikut maka pelaksanaan kegiatan tersebut bersifat mandiri yang berarti siswa tetap wajib melakukan kegiatan di kampus terdekat dengan agenda wajibnya berupa seminar yang diselenggarakan di kampus tersebut untuk siswa dan untuk perizinan siswa mengurus sendiri.
“Siswa hanya dibekali dengan surat dari sekolah tanpa pendamping guru. Apakah hal ini benar? Menurut saya ini sangat aneh karena apabila ada suatu masalah saat pelaksanaan tersebut tidak ada guru pendamping yang bertanggungjawab padahal dari surat yang dibawa pasti merujuk pada sekolah,” tulis dia di laman lapor.go.id. Kamis, (08/08/2024).
Untuk alasannya sebagai wali murid tidak mengikutkan siswa study tour karena masalah biayanya sementara masih ada tunggakan uang sekolah yang harus dia bayar.
“Sebelumnya saya sudah mencoba untuk lapor ke dispendik namun tidak ada jawaban terkait hal ini, Saya mohon kepada Bupati Banyuwangi untuk menindaklanjuti hal ini Sekian terimakasih. Wassalamualaikum wr.wb.,” pungkasnya.
Disisi lain Kepala Dindik Jatim Aries Agung Paewa, mengimbau kepada satuan pendidikan agar kegiatan study tour harus menyertakan tujuan dan sasaran yang jelas dan terukur. Selain itu, juga agar kegiatan study tour sifatnya bukan pemaksaan.
“Jadi, harus benar-benar dirapatkan bersama orang tua siswa untuk finalisasi tujuan sasaran study tour. Kalau ada yang keberatan, ya tidak perlu dipaksa untuk ikut. Yang penting, pelaksanaannya harus dari hasil keputusan bersama. Orang tua wajib mengetahui apa saja kegiatan dalam study tour tersebut,” kata Aries dikutip melalui media Suaramerdeka.com.***